Beranda | Artikel
Baca al-Waqiah Tiap Malam Takkan Miskin? - Syaikh Abdul Karim al-Khudhair #NasehatUlama
Kamis, 1 September 2022

Bagaimana tingkat kesahihan hadis, “Barang siapa yang membaca surat al-Waqiah tiap malam tidak akan tertimpa kemiskinan”?
Hadis ini diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan lainnya, akan tetapi hadisnya dhaif.

Hadis ini dhaif (lemah).
Utsman bin Affan, Khalifah ketiga,
pernah menjenguk Ibnu Mas’ud saat sakit di akhir hayatnya.
Lalu Utsman menawarkan kepadanya, “Maukah kami memberimu pemberian ini?”
Ibnu Mas’ud menjawab bahwa ia tidak menginginkannya. Utsman pun bertanya tentang apa yang ia keluhkan?

Ibnu Mas’ud menjawab, “Aku mengeluhkan dosa-dosaku.”
“Lalu apa yang kamu inginkan?” Ia menjawab, “Aku menginginkan rahmat Rabbku.”
Ibnu Mas’ud mengeluhkan dosa-dosanya dan menginginkan rahmat Rabbnya.
Utsman bertanya, “Maukah kami memberimu?”

Dalam beberapa riwayat, Ibnu Mas’ud menjawab, “Kamu tidak memberiku semasa hidup, lalu mau memberiku setelah aku mati?”
Utsman berkata, “Bisa untuk putri-putrimu setelah wafatmu.”
Ibnu Mas’ud menjawab, “Aku telah mewasiatkan putri-putriku untuk membaca surah al-Waqiah,
dan sungguh siapa yang membaca surat al-Waqiah setiap malam tidak akan tertimpa kemiskinan.”

Namun hadis ini dhaif (lemah).
Apakah dapat dikatakan bahwa antara Utsman dan Ibnu Mas’ud ada perselisihan,
karena Utsman tidak memberinya pemberian semasa hidupnya?
Ibnu Mas’ud pada usia lebih dari 70 tahun,
sedangkan Utsman bin Affan telah menjadi Khalifah kaum Muslimin.

Utsman pernah menawarkannya, “Maukah kami menikahkanmu dengan perawan yang mengembalikan masa mudamu yang telah lewat?”
Ibnu Mas’ud orang miskin, sedangkan Utsman seorang Khalifah.

Khalifah Utsman bertanya kepadanya, “Maukah kami menikahkanmu dengan perawan yang mengembalikan masa mudamu yang telah lewat?”
Jadi, tidak ada perselisihan di antara mereka.

Lalu Ibnu Mas’ud berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Wahai para pemuda, siapa yang mampu maka menikahlah! …’”
Beliau tidak bersabda, “Wahai para orang tua, siapa yang mampu maka menikahlah!”
Tapi beliau bersabda, “Wahai para pemuda, …”

Karena menikahkan wanita muda dengan lelaki tua mengandung kezaliman,
kecuali jika wanita itu rela, dan lelaki tua itu memiliki hal yang dapat menutupi kekurangannya,
dan ia masih memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menikah,
maka banyak contohnya dalam hal ini.

Namun kebanyakannya, lelaki tua akan berakhir pada menzalimi wanita muda itu.
Kesimpulannya, hadis tentang membaca surah al-Waqiah ini dhaif menurut para ulama.

====

مَا صِحَّةُ حَدِيثِ مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ

هَذَا مَرْوِيٌّ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ مَسْعُودٍ عِنْدَ التِّرْمِذِيِّ وَغَيْرِهِ لَكِنَّهُ ضَعِيفٌ

لَكِنَّهُ ضَعِيفٌ

عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ الْخَلِيفَةُ الْمَعْرُوفُ الرَّاشِدُ الثَّالِثُ

زَارَ ابْنَ مَسْعُودٍ فِي مَرَضِ مَوْتِهِ

فَقَالَ لَهُ أَلَا نُعْطِيْكَ مِنْ هَذَا الْعَطَاءِ؟

فَقَالَ إِنَّهُ لَا يُرِيدُهُ وَسَأَلَهُ عَمَّا يَشْتَكِي

قَالَ أَشْتَكِي ذُنُوبِي

وَمَاذَا تَشْتَهِي؟ قَال أَشْتَهِي رَحْمَةَ رَبِّي

يَشْتَكِي ذُنُوبَهُ وَيَشْتَهِي رَحْمَةَ رَبِّهِ

فَقَالَ أَلَا نُعْطِيكَ؟

فَقَالَ فِي بَعْضِ الرِّوَايَاتِ مَنَعْتَنِي فِي الْحَيَاةِ وَتُعْطِينِي بَعْدَ الْمَمَاتِ؟

قَالَ يَكُونُ لِبَنَاتِكَ مِنْ بَعْدِكَ

قَال بَنَاتِي أَوْصَيْتُهُنَّ بِقِرَاءَةِ سُورَةِ الْوَاقِعَةِ

فَإِنَّ مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ

لَكِنَّ الْخَبَرَ ضَعِيفٌ الْخَبَرُ ضَعِيفٌ

هَلْ يُقَالُ إِنَّ بَيْنَ عُثْمَانَ وَبَيْنَ ابْنِ مَسْعُودٍ خِلَافٌ؟

بِحَيْثُ مَنَعَهُ الْعَطَاءَ فِي دُنْيَاهُ؟

ابْنُ مَسْعُودٍ فَوْقَ السَّبْعِينَ مِنَ الْعُمْرِ

وَعُثْمَان بْنُ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ خَلِيفَةُ الْمُسْلِمِينَ

يَقُولُ أَلَا نُزَوِّجُكَ بِكْرًا تُعِيْدُ لَكَ مَا مَضَى مِنْ شَبَابِكَ

ابْنُ مَسْعُودٍ فَقِيرٌ وَهَذَا الْخَلِيفَةُ

يَقُولُ لَهُ الْخَلِيفَةُ أَلَا نُزَوِّجُكَ بِكْرًا تُعِيْدُ لَكَ مَا مَضَى مِنْ شَبَابِكَ؟

يَعْنِي مَا بَيْنَهُمْ خِلَافٌ

فَقَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى وَسَلَّمَ

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ

مَا قَالَ يَا مَعْشَرَ الشُّيُوخِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ

يَقُولُ يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ

لِأَنَّ فِي تَزْوِيجِ الصَّغِيرَةِ لِلْكَبِيرِ ظُلْمًا

أَمَّا إِلَّا إِذَا رَضِيَتْ وَكَانَ فِي هَذَا الْكَبِيرِ مَا يَجْبُرُ هَذَا النَّقْصَ

وَفِيْهِ قُوَّةٌ وَقُدْرَةٌ عَلَى الْبَاءَةِ

فَالْأَمْثِلَةُ كَثِيرَةٌ مِنْ هَذَا النَّوْعِ

لَكِنْ فِي الْغَالِبِ أَنَّ الشَّيْخَ مَآلُهُ إِلَى ظُلْمِ هَذِهِ الصَّغِيرَةِ

وَعَلَى كُلِّ حَالٍ الْحَدِيثُ ضَعِيفٌ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ


Artikel asli: https://nasehat.net/baca-al-waqiah-tiap-malam-takkan-miskin-syaikh-abdul-karim-al-khudhair-nasehatulama/